Menelisik Pemikiran Chairul Tanjung

 “Saya Sangat Respek dan sangat hormat kepadanya. Bukan menghormati kekayaannya, melainkan kepribadiannya.” Quote From Dahlan Iskan Untuk Chairul Tanjung

Membeli Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Pulang dari Bali, beberapa hari setelah itu saya mulai terbiasa dengan kosan yang baru. Lebih tepatnya bukan kosan juga sih namanya, tapi kontrakan rumah. Yah, dengan dunia baru ini (ahaha) saya bersama teman-teman satu fakultas perguruan tinggi negeri di Bogor, mudah-mudahan disini dirumah baru ini bisa sama-sama untuk mempersiapkan ke arah wisuda bareng karena memang kami berenam adalah mahasiswa Injury Time :P.

Malam itu tepatnya sabtu malam, gak dinyana tiba-tiba teman saya mengajak kami ber 5 untuk nonton The Amazing Spiderman, dan malam itu pun kami berangkat ke Elos (Sebuah Mall di Bogor yang lumayan) ada Bioskopnya juga lho. Seketika rumah kontrakan pun sepi karena penghuninya lagi-lagi keluar rumah.

Nah, saat di Elos inilah kemudian saya membeli buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong, harapannya sih nanti disela-sela waktu kosong, ini buku dapat melengkapi kekosongan jadwal saya ketika beraktivitas *pernyataan diplomatis beud J. Dan Buku ini saya beli seharga Rp 58K di Gramedia Elos.

Rangkuman “Chairul Tanjung Si Anak Singkong”

Tulisan kali ini sebenarnya bukan sebuah Resensi tapi lebih ke bentuk rangkuman buku. Nah buku yang akan saya rangkum ini detailnya adalah sebagai berikut:

  1. Judul                                     : Chairul Tanjung Si Anak Singkong
  2. Tahun Terbit                      : Juni 2012
  3. Penerbit                              : Kompas Gramedia
  4. Penyusun                            : Tjahja Gunawan Diredja
  5. Jumlah Halaman               : 383 Halaman

Adapun List masing-masing dari cerita pada buku ini adalah sebagai berikut:

  1. Kain Halus Ibu Sebagai Biaya Kuliah
  2. Lima Belas Ribu Pertama dalam Hidup saya
  3. Juragan Fotokopi di Kampus
  4. Berjualan alat kedokteran di Kampus
  5. Karena Sang Jenderal, Akhirnya Dua Teman Lulus kewiraan
  6. Mahasiswa Teladan, Aktivis sekaligus Pebisnis
  7. Pengenalan Talasemia kepada Masyarakat Indonesia
  8. Kegagalan Pertama saat usaha di Luar Kampus
  9. Peran Pendidikan bermula dari Keluarga
  10. Menunggu Bapak Pulang demi Zakat Fitrah
  11. Sekolah di SMP Vanlith dan Pertemanan
  12. Belajar Teater dari Mas Daryono
  13. Hampir ditangkap Laksus Karena Ngamen
  14. Terima Kasih Teman-teman Teater
  15. Es Shanghai dari Tambang Plastik
  16. Tanpa Almamater, Kita Tak Seperti Ini
  17. Menaikkan Air ke Ketinggian 100 meter
  18. Rencana Awal Pabrik Sepatu, Malah Jadi Pabrik Sandal
  19. Rumah Tangga Paling Utama dan Istri Pilarnya
  20. Bagi Saya, Ibu adalah Segalanya
  21. Saya Dapat A+, Kamu dapat Apes
  22. Restrukturisasi Ekonomi agar tidak ada lagi “Man Made Poverty”
  23. Korban PHK Cilincing dan Anak Putus Sekolah
  24. We Care Indonesia
  25. Bank Kecil dan Sakit Luar Biasa Parah, Bank Mega dibeli Seharga Rp 1
  26. Pembenahan Bank Mega dan Krisis 1998 sebagai momentum kebangkitan
  27. Bank Mega Syariah dan Kebangkitan Ekonomi Umat
  28. Piala Thomas Terakhir bagi Indonesia
  29. Setelah Tsunami, mereka tetap bersekolah
  30. Sekolah Unggulan Gratis bagi Warga Miskin
  31. Berkiprah pada Peringatan Satu Abad Kebangkitan Indonesia
  32. Menggagas Visi Indonesia 2030
  33. Menjadi Wakil ketua Dewan Penasehat Majelis Ulama Indonesia
  34. Transformasi Dunia Televisi Indonesia
  35. Mengelola Trans 7, bekerja sama dengan Kompas Gramedia
  36. Carrefour kini dimiliki Orang Indonesia
  37. Mengawinkan Bisnis dan Idealisme
  38. Sinergi atau Mati
  39. Dari Para Group ke CT Corp
  40. Saya Sekarang adalah Akumulasi Masa Lalu.

Berbagi Cerita Chairul Tanjung Si Anak Singkong versi InspiringRahmat

Setelah membaca buku ini sebanyak 2 kali, nampaknya saya juga ingin berargumentasi dan berbagi tanggapan dan cerita yang saya dapat setelah membaca buku ini.

Bapak Chairul Tanjung yang selanjutnya saya sebut CT bisa dibilang memulai karirnya dari nol. Mengenai Cita-cita yang beliau pegang, pada saat SMA saja tidak ada cita-cita khusus yang beliau pegang yang jelas pertimbangannya adalah beliau melanjutkan pendidikan ke universitas negeri. Jaman Dulu, beliau ikut UMPTN (sekarang mirip SNMPTN kali ya) dengan 3 jurusan berbeda yaitu pilihan pertama Teknik Sipil ITB, kedua Fakultas Kedokteran Gigi UI, dan ketiga Fakultas Farmasi UI. Hasil UMPTN pun, beliau lulus di Fakultas kedokteran Gigi UI. Akhirnya berita gembira itu pun disampaikan kepada kedua orang tua tercinta di Rumah.

Perkuliahan CT memang didikung karena didasarkan pada prinsip kedua orangtuanya yaitu: Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya” dan uang kuliah pertama CT yang diberi oleh ibunya pun adalah didapat dari menggadaikan kain milik ibu tercinta, ibu pun berpesan kepada CT agar belajar dengan serius.

Titik perjuangan yang tidak akan terlupakan bagi seorang CT adalah ketika mendapatkan Lima belas ribu pertama dari hasil keuntungannya saat berjualan dari hasil jasa fotokopi di kampus UI. Lima belas Ribu pertama pula merupakan momentum pembangkit kepercayaan diri yang selanjutnya untuk melakukan aktivitas berbisnis. Bagi CT Kuncinya berbisnis  itu sederhana bisa dimulai dengan jaringan dan kepercayaan.

#Mentor yang mengarahkan

Bagi beberapa orang mungkin yang namanya mentor tidaklah penting, tapi bagi CT, mentor adalah hal utama yang menjadi pengarah untuk hidupnya. Setelah lulus dari Fakultas kedokteran Gigi UI, beliau menemukan mentor ketika ada proyek panitia pembangunan gedung di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), dimana dokter arifin yang menjadi mentornya ditunjuk sebagai suvervisor pembangunan sementara CT ditunjuk sebagai ketua pembangunan. Dari kegiatan dan proyek tersebut, beliau sudah menganggap Pak Arifin sebagai keluarga, teman sekaligus ayah. Sejak lulus kuliah pun, CT sering bersilaturahim ke rumah pak Arifin dengan tidak hanya membicarakan perkembangan kampus semata, melainkan juga masalah pribadi.

Bagi seorang yang sudah lulus dari kampus saat itu, terbersit juga di pikiran CT untuk menjadi dosen agar pengetahuan tentang pergigian yang beliau dapatkan saat kuliah tidak hilang begitu saja. Sementara disisi lain CT pun lebih condong memfokuskan diri sebagai pebisnis, karena aktivitas selama kuliah dominan dengan berbisnis. Disinilah peran mentor penting, kemudian CT mengkonsultasikan berbagari pilihan ini kepada pak Arifin untuk mendapatkan penegasan.

“Kamu itu punya selera bisnis yang lain daripada yang lain, bakat juga ada, latihan sejak awal kuliah pun sudah kamu lakukan, apa lagi? Sudah lupakan jadi dosen, biar yang lain yang mengurusi masalah pendidikan, bicara pengabdian banyak cara mewujudkan hal itu.” Itulah jawaban dari seorang pak Arifin kepada CT yang sekaligus membuat mantap CT untuk melangkah dan fokus diri sebagai pegusaha. Dan jelas seorang sosok pak Arifin adalah penyulut semangat yang kuat bagi CT.

#Kegagalan pertama bisnis di Luar Kampus.

Setelah lulus dari FKG UI, CT kemudian mencoba melebarkan sayap usaha sektor formal di luar kampus. Orientasi utama saat itu tidak semata keuntungan, Jujur lebih kepada gaya. Sehingga CT membangun CV, terkait nama yang diusung adalah CV Abadi Medical & Dental Supply. Namun setelah dijalani CT pun dari sini mengamini perkiraan sendiri bahwa ternyata bisnis di luar kampus sama sekali tidak sama dengan di dalam kampus. Dan Toko itu pun tutup. Tapi perjuangan CT tidak berakhir sampai sini, beliau kemudian memutarkan otaknya kembali untuk bangkit bisnis (lagi).

#Tentang Filosofi membaca

Bagi seorang CT, Membaca Filosofinya berarti membaca situasi, membaca yang tersirat dibalik yang terlihat. Menggunting koran lantas disusun menjadi kliping berarti membuat perbandingan literatur, sementara berbicara lancar dengan nalar berarti proses menyampaikan rumusan yang sebelumnya diserap lahir batin dan diolah tubuh kita. Bagaimana mungkin kita mampu berbicara tanpa memiliki referensi? Dan referensi sendiri harus terdapat beberapa perbandingan melalui proses uji kebenaran, inilah cara berfikir ilmiah.

Ketika SMP pun, dengan tergabungnya CT di grup teater, CT dan rekan-rekannya belajar, belajar untuk menyampaikan pendapat dengan jujur. Arti kejujuran bagi seorang CT tersurat pada pembelajaran yang beliau dapat dari Mas Yan dimana arti kejujuran adalah:

“Kejujuran adalah proses membangun demokrasi, Proses belajar menyampaikan sesuatu, suka atau tidak suka, cocok ataupun tidak cocok. Gelas kosong, ya gelas kosong bukan disebut sebagai setengah penuh atau setengah kosong. Gelas kosong ya harus dibilang itu gelas kosong.”

#Perjuangan Bisnis dan Pertama Kali membuat PT

Tahun 1987 adalah pertama kalinya CT membangun PT bersama dua orang kawan. Awalnya adalah membuat pabrik sepatu sesuai arahan Chiam, namun entahlah akhir cerita menjadi pabrik sandal.

#Entrepreneurship seorang CT

Pelajaran berharga sebagaimana yang disampaikan oleh Jakoeb Oetama dari sosok seorang CT adalah bahwa kita perlu belajar banyak dari CT. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, dari saat mengakuisisi Bank Mega dari Bank Karman (1996-2006) ketika masuk di urutan ke 18 dari 40 orang terkaya indonesia versi majalah Forbes dengan  total kekayaan pribadi 310 juta dollah AS atau lebih dari Rp 2,8 Triliun. Dan di bulan Maret 2012 pun menurut sumber Forbes, CT termasuk diantara dalam urutan ke 634 dengan kekayaan 2 miliar Dollar AS.

Perjalanan Bisnis yang dijalani CT dimulai dari usaha Fotokopi, Industri Alas kaki, Keuangan, lantas menggurita ke berbagai usaha, bahkan mengakuisisi perusahaan asing (Carrefour). Payung perusahaan Para Group pun diubah menjadi CT Corp (Chairul Tanjung Corpora), tidak lagi fokus pada bidang keuangan, properti dan media, tetapi mencakup hampir semua bidang disentuhnya. Dan yang sedang akan direalisasikan adalah maskapai penerbangan yang akan CT realisasikan yang namanya sudah dia temukan sebelum direalisasikan.

Sosok Seorang CT mengingatkan Filosofis “Dari Tiada menjadi Ada” Berkat kerja keras dan kerja tuntas, beliau berhasil mengubah diri dari nobody yang tidak diperhitungkan menjadi somebody yang diperhitungkan banyak orang. CT Berhasil menciptakan sekian usaha baru yang bermanfaat bagi diri, keluarga, dan banyak orang. Diantaranya menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 75.000 karyawan di awal tahun 2012 dan mengharumkan nama Indonesia di mata Internasional.

CT pun menjawab keragu-raguan tentang Entrepreneurship. “Entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.” Bukti CT terhadap Entrepreneurship adalah dengan keberhasilan-keberhasilannya.

#Rumah Tangga Paling Utama dan Istri Pilarnya

CT Lulus dari FKG UI tahun 1987. Dan wanita terpilih yang menjadi istrinya sekarang (Anita) baru saja masuk FKG UI di tahun 1987 juga. Bagi Anita saat itu, CT hanya dikenal sebagai “Mahasiswa miskin dengan celana tak pernah ganti, tapi banyak aktivitas di kampus dan di luar kampus”. Dari latar belakang keluarga CT dan Anita memang sangat berbeda. Namun keduanya menikah pada tahun 1994 setelah anita menerima pinangan dari CT ketika Anita berumur 26 Tahun.

Bagi seorang CT, Rasa galau dan Stres harus dijadikan sebagai teman hidup sehari-hari dan menjalaninya dengan tenang dan ringan.

Perbedaan budaya antara CT dan Istri lambat laun melebur. Proses akulturasi terjadi, baginya Ikatan keluarga merupakan prioritas. Harmonis keluarga yang mereka ciptakan bukan sebuah sandiwara apalagi sekadar make up sosialita.

#Kita Berbuat, tidak sekadar Beretorika

Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalais, nasionalis kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tidak dibawa mati. Inilah watak kebangsaan yang paling sejati, kita berbuat kita tidak sekadar beretorika.

#Uraian singkat dari Epilog Chairul Tanjung si Anak Singkong

“Saya Sekarang adalah Akumulasi Masa Lalu”

Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan. Hal ini juga harus dibarengi dengan sikap pantang menyerah dan tidak cepat putus asa. Semua cita-cita dan ambisi hanya bisa direngkuh apabila kita mau terus belajar berbagai hal, dimanapun kita berada dan kepada siapapun.

Bagi seorang manusia, pun dengan saya, kenikmatan hanya bisa diperoleh tatkala kita bekerja keras, ulet, dan gigih dalam menggapai semua keinginan dan cita-cita. Jika mau bersusah payah dan bersungguh-sungguh dalam melakukan apapun, Insya Allah kita bisa menghasilkan apapun yang kita inginkan. Perjalanan hidup saya (Chairul Tanjung) dari nol sampai sekarang membuktikan hal itu.

Masih ingat betul baginya ketika ibu menggadaikan kain halus untuk membiayai uang kuliah pertama di Fakultas Kedokteran Gigi UI agar saya bisa menjadi pengusaha sukses seperti sekarang. Tidak ada waktu yang saya sia-sia kan untuk kegiatan yang tidak berguna. Memutar otak dan bekerja keras dalam berbisnis sudah menjadi hal biasa sejak saya kuliah di UI. Akhirnya, saya bisa seperti sekarang ini karena saya yakin “Siapa yang tidak berubah akan dimakan oleh pesaingnya”.

A talkative person who loves family, loves traveling, enjoys hobbies, wants to develop life skills, and manages mattnugra.com

7 thoughts on “Menelisik Pemikiran Chairul Tanjung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like